Latihan Menulis – Workshop Two Days, BP School of Writing

Hari I :

Latihan 1

Praktek menulis selama 15 menit tanpa jeda.

Menulis dengan tema ‘Apa yang engkau rasakan saat ini’.

Perasaanku

Peserta Workshop Two Days BP School of Writing

Saya merasa bahagia, senang, dan bersyukur atas segala nikmat yang dianugerahkan Allah kepada saya. Saya merasa tidak pernah merencanakan hidup saya dengan baik, tapi saya selalu diberi yang terbaik oleh Allah. Hal ini baru saya sadari ketika saya telah melakukan hal tersebut atau setelah saya melampaui hal tersebut.

Untuk mengikuti pelatihan ini juga membuat saya senang. Dapat berkumpul dengan pemateri yang mumpuni dalam hal penulisan dan berkumpul dengan para peserta yang memiliki minat dalam tulisan, bahkan sudah ada yang hobi dengan menulis.

Penambahan ilmu harus dilakukan setiap detik, menit, dan harinya. Itu membuat hidup lebih indah dan bersemangat. Melampaui hal-hal baru, eh menemui hal-hal baru setiap saat. Menemukan tantangan-tantangan baru dan harus berhasil di bidang yang baru tersebut.

Saya juga merasa bahagia karena banyak hal. Dengan istri dan anak-anak di rumah. Apa pun keadaan mereka saya bahagia. Saya tidak akan bisa marah dan benci dengan orang-orang yang telah berkorban untuk saya. Kepada Ibu, Bapak, Istri, Mertua, dan Anak-Anak. Saya juga merasa bahagia dengan keadaan saya yang diberikan kepada saya. Apapun keadaan saya saat ini, saya merasa itulah hal terindah yang dianugerahkan Allah kepada saya.

Saya hanya seorang ‘hamba’ yang tidak punya apa-apa, namun berharap akan menjadi kekasih-Nya. Kalau ada ungkapan yang lebih rendah dari peribahasa ‘bagaikan punguk merindukan bulan’, maka akan saya pakai ungkapan itu untuk menggambarkan harapan cinta saya saat ini.

Seorang hamba berdosa yang mengharap cinta Ilahi. Sering saya ucapkan di akhir doa-doa saya. “Ya Allah saya belajar mencintai-Mu, namun hamba tau Engkau pasti lebih Cinta lagi kepada ku.

Latihan 2

Menulis ide yang di dapat dengan melihat sekitar.

Proses Kehidupan

Baru saja saya melihat dari balik jendela kaca, ada dua buah gedung di depan gedung tempat pelatihan menulis ini. Satu gedung yang sudah tua dan retak-retak dindingnya dan satu lagi yang sedang dibangun. Dinding-dinding luarnya sedang dalam tahap pemlesteran. Dan, gedung tempat pelatihan yang lebih baik keadaannya dari kedua gedung tersebut.

Saya memikirkan proses, ya lebih tepatnya proses dibanding siklus. Kehidupan dari ada awal dan ada akhirnya. Proses kehidupan kita dari dilahirkan, menjadi bayi, balita, remaja, dewasa, tua, dan meninggal. Dari biji menjadi tunas, lalu berkembang menjadi pohon besar, menua, dan mati.

Kehidupan ini sangat singkat. Usia manusia akhir zaman ini hanya sekitar 70 tahun dan waktu berjalan terasa amat cepat. Masih terasa kemarin saya teringat masa kanak-kanak dan bermain. Namun, sekarang sudah punya empat orang anak. Kalau jatah usia saya 70 tahun, maka saya sudah melewati separuh hidup saya (usia saya sekarang 37 tahun).

Belum banyak yang saya perbuat, saya gali dan saya dapat. Namun, waktu terasa cepat. Ketika saya lihat kedua gedung di depan saya, saya melihat suasana mendung. Awan gelap ada di atas kedua gedung tersebut. Terik matahari, tetesan hujan, terang, dan gelap bahkan hembusan angin menerpa kedua gedung tersebut hari demi hari. Yang pasti mereka akan lapuk, rusak, bahkan hancur.

Latihan 3

Menulis Deskriptif dan Fokus

Pergelangan Tangan Kanan Bu Nanik

Tangan kanan Bu Nanik. Saya beri nama dia Takabana. Takabana kulitnya berwarna coklat selayaknya warna kulit orang Indonesia. Takabana memiliki lima buah jari. Jari kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk dan jari jempol. Pada jari tengah takabana melingkar sebuah cincin yang berwarna putih. Saya tidak tahu terbuat dari apakah cincin di jari tengah takabana. Apakah cincin itu terbuat dari besi, perak, baja, titanium, atau emas putih.

Masing-masing jari takabana memiliki tiga buku jari kecuali jari jempol yang hanya memiliki  dua buku jari. Di ujung jari-jari takabana terdapat kuku. Kuku jari takabana dipotong pendek. Tidak ada satu pun jari takabana yang memiliki kuku yang panjang, dan tidak pula ada hiasan kuku sebagaimana trend wanita sekarang yang senang menghias kukunya. Dari takabana telah menerbitkan banyak hasil karya. Takabana bisa menulis, memegang, menggenggam, menyubit, menarik, atau mungkin memasak dan menjahit. Namun kedua fungsi terakhir saya belum tahu kebenarannya. Di pergelangan takabana tidak melingkar jam tangan. Di kulit takabana pasti ada pori-pori yang mengeluarkan racun tubuh yang berupa keringat. Di telapak tangannya terdapat garis-garis tangan.

Tinggalkan komentar